PROPOSAL PENELITIAN
UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SISWA DENGAN GURU DALAM
PROSES BELAJAR-MENGAJAR
BAHASA INGGRIS
DI SMP NEGERI I MLATI
.......................................
NIM:..................
PENDIDIKAN
BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI .....................
2007
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, social, dan emosional siswa dan merupakan kunci
penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Didalam
bahasa Inggris terdapat berbagai macam aspek yang harus diperhatikan dalam
upaya penguasaan kompetensi berbahasa Inggris. Berbagai macam aspek tersebut
saling berkaitan satu sama lainnya, seperti mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis. Untuk mencapai kompetensi berbahasa tersebut kurikulum sekarang
sekarang ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), berangkat dari
seperangkat rasional teoritis dan praktis yang mendasari semua keputusan perumusan
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator dalam kurikulum.
Mendengarkan merupakan aspek yang sangat signifikan dalam
pencapaian kompetensi dalam berbahasa Inggris. Diharapkan siswa mampu memahami
berbagai makna (interpersonal, ideasional, dan tekstual) dalam berbagai teks
lisan interaksional, dan menolong terutama yang berbentuk deskriptif,
naratif, spoof/recount, prosedur, report dan anekdot.
Dalam konteks berbahasa, diharapkan siswa mampu memahami
makna gagasan (ideational function), yakni fungsi bahasa untuk mengemukakan
atau mengkontruksi gagasan atau informasi yang didengarnya. Kemudian fungsi
interpersonal (interpersonal function), yakni fungsi bahasa untuk berinteraksi
dengan sesama manusia yang mengungkapkan tindak tutur yang dilakukan, sikap,
perasaan dan sebagainya. Terakhir ialah fungsi tekstual (textual function),
yakni fungsi yang mengatur bagaimana teks atau bahasa yang diciptakan ditata
sehingga tercapai kohesi dan koherensinya, sehingga mudah dipahami orang yang
mendengarkan atau membacanya.
Konteks berbahasa berperan sentral dalam memahami berbagai
teks lisan interaksional, terutama yang berbentuk deskriptif, naratif,
spoof/recount, prosedur, report dan anekdot. Karena berbagai jenis teks
tersebut selalu ada dan hadir dalam kehidupan sehari-hari siswa. Jika siswa tidak mampu memahami berbagai
jenis teks lisan tersebut, maka siswa akan kesulitan dalam berbahasa Inggris
baik untuk berkomunikasi atau pun mengungkapkan gagasan yang dia dengar dan
ungkapkan.
Kompetensi berbahasa menjadi salah satu kompetensi yang tidak
bisa terlepas dari kegiatan berbahasa, oleh karena berbagai fungsi sentral
dalam pencapaian kompetensi berbahasa Inggris. Mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis memiliki peran sentral dalam bahasa Inggris, seperti memahami
berbagai makna (interpersonal, ideasional, dan tekstual) dalam berbagai teks
lisan interaksional, dan menolong terutama yang berbentuk deskriptif,
naratif, spoof/recount, prosedur, report dan anekdot, diperlukan kompetensi
mendengarkan yang baik dalam bahasa Inggris.
B. Identifikasi
Masalah
Masalah kurangnya interaksi
siswa dalam bahasa Inggris dalam proses belajar-mengajar di SMP N 1 MLATI
ialah guru, siswa, aktivitas, waktu dan
fasilitas. Jika berbagai komponen diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya maka proses
belajar-mengajar khususnya pada kompetensi mendengarkan. Dari kompenen-komponen
belajar-mengajar diatas, berbagai masalah muncul dalam proses belajar-mengajar
bahasa Inggris khususnya kompetensi mendengarkan.
Guru memiliki peran yang sangat
signifikan dalam proses belajar-mengajar bahasa Inggris, kompetensinya
guru-guru SMP N 1 MLATI masih kurang dalam proses belajar-mengajar bahasa
Inggris. Masih banyak guru yang menggunakan metode-metode yang tidak sejalan
dengan kurikulum sekarang ini, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
khususnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Komponen siswa dalam proses
belajar-mengajar bahasa Inggris meliputi faktor psikologis, sikap, motivasi,
dan bakat berbahasa dari siswa tersebut. Kemudian komponen lainnya ialah
aktivitas siswa, banyak kecenderungan proses belajar-mengajar tidak sejalan
dengan tujuan pengajaran bahasa Inggris khususnya kompetensi mendengarkan.
Terakhir ialah waktu dan fasilitas, waktu yang tersedia untuk proses belajar-mengajar
bahasa Inggris masih kurang pendistribusiannya, porsi yang diberikan masih
kurang dengan kompetensi yang lain seperti berbicara, membaca dan kompetensi
menulis.
C. Batasan
Masalah
Untuk tidak meluasnya masalah
dalam penelitian ini maka penelitian lebih ditekankan pada penelitian interaksi
siswa dengan guru dalam proses belajar-mengajar bahasa Inggris di SMP N 1
MLATI.
D. Rumusan
Masalah
Penelitian tindakan (Action
Research) mengenai interaksi siswa dengan guru dalam proses pembelajaran bahasa
Inggris di SMP N 1 MLATI hendaknya dapat menjawab masalah-masalah yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Bagaimana meningkatkan interaksi siswa dalam
pembelajaran bahasa Inggris.
E. Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah
untuk meningkatkan interaksi siswa dengan guru dalam proses pembelajaran
mendengarkan di SMP N 1 MLATI. Karena dengan kurangnya interaksi siswa dengan
guru dalam proses pembelajaran di SMP N 1 MLATI kompetensi dalam bahasa Inggris
(listening, speaking, reading, writing) kurang.
F. Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat:
a)
Berguna bagi para guru, mereka dapat memperbaiki proses
pembelajaran bahasa Inggris di SMP N 1 MLATI.
b)
Berguna bagi siswa, agar mereka dapat mengetahui dimana
kelemahan mereka dalam bahasa Inggris dalam berbagai kompetensi , dan bagaimana
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berbahasa mereka.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Deskripsi Teori
A.1. Uraian Definisi Penelitian Tindakan (AR)
Dalam perkembangannya
penelitian tindakan tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh aliran-aliran
dalam dunia penelitian ilmiah tentang cara pandang atau perspektif terhadap
gejala yang ada. Dengan demikian ada sedikitnya tiga model penelitian tindakan,
yaitu model positivisme, model interpositivisme, dan model teori kritik social
(Social Critical Theory). Sejalan dengan ketiga model tersebut, definisi
penelitian tindakan menjadi sangat bervariasi sesuai masalah dan perspektif
yang ada. Salah satu definisi yang merangkum semua unsur dalam penelitian
tindakan diberikan oleh Kemmis dan Taggart (via McCutcheon dan Jung, 1990),
yaitu sebagai berikut.
Action research is characterized as systematic inquiry that is
collective, collaborative, self-reflective, critical and undertaken by the
participants of the inquiry. The goals of such research are the understanding
of practice and the articulation of a rationale or philosophy of practice in
order to improve practice.
Dari kutipan diatas dapat
diketahui bahwa penelitian tindakan adalah suatu upaya pencarian (inquiry)
untuk memahami kegiatan praktek dan menemukan (articulation)
rasional atau filsafat praktek agar dapat meningkatkan praktek itu sendiri.
Upaya pencarian dan penemuan tersebut dilakukan oleh peserta atau pelaku
pencarian tersebut. Upaya tersebut bersifat sistematik, kolektif, kolaboratif,
reflektif, kritik, yang semuanya mengisyaratkan tentang bagaiman upaya tersebut
dilaksanakan, atau metoda. sebagai suatu personal theory of practice,
penelitian tindakan nampaknya tidak memerlukan suatu asumsi dasar atau suatu
prinsip-prinsip dasar, akantetapi tidak demikian halnya. Menurut Max van Manen
(1990 : 50) menyatakan bahwa ada lima asumsi dasar yang secara sebagian atau
seluruhnya mewarnai berbagai model penelitian tindakan, yaitu: democracy
assumption, external knowledge assumption, reflection-action assumption, change
assumption, teacher-as-researcher assumption. Garis besar isi kelima
asumsi tersebut adalah sebagai berikut.
Asumsi demokrasi mengacu ke suatu
cara pandang bahwa hubungan antara peneliti (researcher) dengan pelaku
tindakan (practitioner) harus berdasarkan prinsip kebersamaan dan
kesamaan derajat. Demokratik secara moral selalu berarti simetrik, egaliter,
dan baik: secara pragmatic berarti hubungan atas-bawah dan dominasi salah sat
pihak tidak akan membuahkanperubahan nyata.
Asumsi pengetahuan luar berarti
bahwa tujuan penelitian tindakan ialah meninjau kembali bagaiman teori-teori
dan hasil penelitian yang sudah mantap dapat betul-betul berperan dalam dunia
kegiatan praktek. Teori tidak dipandang sebagai sesuatu yag terlepas dengan
kehidupan nyata, sehingga istilah teori dan praktek harus diganti dengan
istilah refleksi dan aksi (reflection and action).
Asumsi refleksi-aksi berarti bahwa
hubungan antara teori dan praktek harus bersiat dinamik, siklik atau spiral.
Proses refleksi akan menghasilkan sesuatu yag penuh pertimbangan nalar (thoughtfulness)
yang kemudian dituangkan menjadi suatu rencana tindakan tang penuh dengan
taktik (tactfulness), atau istilahnya strategic action. Seorang
guru yang tactful adalah seseorang yang tindakan mengajarnya penuh dengan
penalaran, karena tactfulness hanya dapat diekspresikan dalam suatu taktik yang
penuh dengan pemikiran reflektif.
Asumsi perubahan mengacu kepada
perubahan dalam rangka perbaikan. Asumsi ini sangat mendasar sehingga
penelitian tindakan sering didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan
guru untuk mengubah atau melakukan perubahan dalam kegiatan pembelajarannya.
Proses perubahan disini mengandung dua aspek, yaitu proses perubahan yang
prospektif (memandang dan merencanakan) dan yang bersifat retrospektif
(memandang kembali apa yag telah terjadi). Yang pertama bertujuan menemukan
bentuk thoughtfulness, sementara yang kedua bermaksud membuat bentuk tactfulness.
Asumsi guru sebagai peneliti mengacu
kepada tujuan utama seorang guru dalam melakukan penelitian tindakan. Dalam
konteks ini dibedakan dua istilah dalam dunia pendidikan, yaitu pemecahan
masalah (Problem solving question) yang lebih dekat dengan istilah pengajaran
(teaching), dan masalah pembermaknaan (meaning question) yang lebih dekat
dengan istilah pendidikan (education). Siklus refleksi-aksi seperti disingung
didepan, yang dilakukan oleh guru, merupakan proses mencari dan menemukan cara
baru yang lebih mampu memicu dan memacu proses belajar dalam diri siswa yang
berdasarkan kebermaknaan, bukan pemerolehan pengetahuan, tetapi pengalaman.
Hasil akhir yang ingin dicapai ialah suatu bentuk kematangan pribadi yang oleh
Manen (1990 :159) disebut dengan istilah pedagogical fitness dipihak guru, atau pelaku penelitian pada
umumnya. Untuk memperjelas hal ini, berikut adlah pernyataan Manen tentang
kesamaptaan pedagogic.
“Thus the experience of reflecting on past pedagogical experience
enables me to enrich and make more thoughtful my future pedagogical experience.
This is not just an intellectual after but rather a matter of pedagogical
fitness of the whole body person. What we might call “pedagogical fitness” is a
cognitive, emotional, moral, emphatic and physical preparedness. Indeed tactful
acting is very much an affair of the whole embodied person: heart, mind, and
embodied being”.
- Tugas Akhir Ringkasan Teknologi Bahan Alam
- Tugas Akhir Mikrobiologi UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L)TERHADAP BAKTERI Escherichia coli
- CONTOH TINJAUAN PUSTAKA PEMASARAN DAN PRODUK BAB ||
- CONTOH MAKALA TENTANG EKOLOGI
- CONTOH MAKALAH PENGARUH PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH
- SUSUNAN FORMAT MAKALAH/PAPER
A.2. Penelitian Tindakan Kelas (AR)
Berbagai varian dan teori diatas apa dan bagaimana penelitian tindakan
kelas. Apabila jiwa dan semangat, dan cara kerja action research diterapkan
dalam konteks pendidikan bahasa sebagai metode pembelajaran bahasa, dapat
diprakirakan bahwa dunia pendidikan bahasa akan dapat direncanakan,
dilaksanakan dan dikembangkan dengan pesat yang pada akhirnya mampu memberikan
hasil yang sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional. Dunia pendidikan bahasa
berisi berbagai macam variabel dengan sifat yang beragam pula , yang
memungkinkan diterapkannya berbagai macam model penelitian tindakan. Berbagai
macam variabel tersebut juga menunjukan keterkaitan yang tinggi, yang merupakan
kondisi yang sangat tepat untuk pengelolaan dan penemuan strategic action
berdasarkan proses refleksi yang penuh dengan pertimbangan nalar atau
thoughtful reflection.
B.
Kerangka Berfikir
Berdasarkan deskripsi teori yang
telah diuraikan tadi, jelas bahwa
penelitian tindakan (action research) adalah suatu upaya pencarian (inquiry)
untuk memahami kegiatan praktek dan menemukan (articulation)
rasional atau filsafat praktek agar dapat meningkatkan praktek itu sendiri.
Baqhkan sering terjadi kesalahan persepsi tentang penelitian tindakan.
Untuk dapat meningkatkan interaksi
siswa dengan gurunya dalam proses pembelajaran
bahasa Inggris, perlunya suatu proses yang baik dan berjalan baiknya
komponen-komponen dalam pengajaran di SMP N 1 MLATI VII. Proses pembelajaran
dapat lebih mencapai hasil yang maksimal jika guru dan siswanya terjdi
interaksi diantara mereka. Jika hal itu tidak terjadi, maka proses
belajar-mengajar akan sia-sia, tidak adanya kebermaknaan
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Desain
Penelitian
Berdasarkan
tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian action
research (penelitian tindakan). Dalam hal ini desain atau rancangan penelitian
berupa perbaikan proses dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dalam hal ini yag
harus diperhatikan hendaknya ialah input, proses, dan output. Jika dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris terjadi ketidaksesuaian dengan tujuan pendidikan atau kurikulum maka proses tersebut
harus segera diperbaiki, guna keberhasilan tujuan pendidikan di Indonesia.
B. Teknik
Pengumpulan Data
1. Observasi, berbagai masalah yang hadir dalam
proses belajar-mengajar bahasa Inggris di kelas VI SMP N 1 MLATI. Dari hasil
observasi peneliti mencatat, mengakategorisasikan dan menentukan masalah yang
akan menjadi focus penelitian.
2. In-depth interview, peneliti mengumpulkan data
dengan meng-in-depth interview 30 siswa kelas VI dan guru bahasa Inggris di SMP
N 1 MLATI, interview dilakukan berdasarkan pada kategorisasi pertama
C. Instrument
Penelitian
Instrument yang
digunakan pada penelitian ini adalah :
·
Satu kelas berisi 30 siswa dan guru bahasa
Inggris SMA kelas VI SMP N 1 MLATI.
·
Tabel penelitian, berupa table quesioner
D.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data melalui
prosedur dibawah ini:
1. Membuat kuesioner berdasarkan data, berdasarkan
bobotnya masing-masing.
Contoh
quesioner:
No
|
Data
|
Berat
|
Sedang
|
Ringan
|
1
|
||||
2
|
||||
3
|
||||
…30
|
Kemudian mereduksi data, memilih yang sedang,
masalah yang berat dan sulit diselesaikan disisihkan dan masalah yang ringan
tidak usah masukan dalam object penelitian. Dengan mengambil data yang sedang,
diharapkan masalah yang diambil pun dapat diselesaikan.
2. mengkategorisasikan data, dari hasil reduksi data
di atas, kemudian peneliti mengkategorisasikan data tersebut menjadi data
Sangat Urgen (SU), Urgen (U) dan Tidak Urgen (TU). Kemudian memilih yang Sangat
Urgen (SU), karena hal ini sangat penting sekali untuk dilakukan ‘action’.
No
|
Data
|
Sangat
Urgen (SU)
|
Urgen
(U)
|
Tidak
Urgen (TU)
|
1
|
||||
2
|
||||
3
|
||||
…30
|
E.
Langkah-langkah
Melakukan
observasi ke SMP N 1 MLATI untuk:
- Mencari data tentang proses, komponen, atau hambatan yang ada disekolah
- Menganalisa proses, komponen, atau hambatan yang ada disekolah
- Membuat deskripsi tentang proses, komponen, atau hambatan yang ada disekolah
- Membuat solusi yang tepat untuk dipakai sebagai pemecahan masalahnya.
F.
Format Pelaporan :
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
II.
Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
A.1. Uraian Definisi Penelitian Tindakan (AR)
A.2. Penelitian Tindakan Kelas (AR)
B. Kerangka Berfikir
III.
Hasil Penelitian
A. Desain penelitian
B. Teknik Pengumpulan Data
C. Instrument Penelitian
D. Teknik Analisis
Data
E. Langkah-langkah
F. Format Pelaporan
0 comments:
Post a Comment